Selamat Datang di Portal Pelajar

Geliat Sendu Madrasah Beratap Bambu


MANGGARAI TIMUR - Pendidikan dasar menjadi hak semua anak Indonesia. Tak peduli di mana letak dan kondisi geografisnya, ketersediaan sekolah dasar yang layak sudah seharusnya menjadi kewajiban negara untuk menyediakan. Namun bagaimana jika hadirnya sekolah di pelosok itu masih menjadi ilusi? Bahkan jangankan sekolah, pelayanan aliran listrik dari Perusahaan Listrik Negara pun masih nihil.

KirimMalam berselimut gelap gulita tanpa listrik sama sekali. Padahal sudah 7 dekade Indonesia merdeka, namun kesenjangan ini masih nyata terpampang di pelosok Indonesia. Bukan di perbatasan, bukan di tepian negeri yang terpisah laut Nusantara yang mahaluas. Kondisi ini kini sedang merundung sendu Desa Golo Lebo, Kecamatan Elar, Kabupaten Manggarai Timur. Masih di atas Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur.

Kisah ini berawal dari perjalanan panjang distribusi Global Qurban menjangkau kawasan Indonesia Timur. Setelah menjelajah Pulau Timor sampai ke Distrik Lautém di Timor Leste, Global Qurban singgah sejenak di Kota Atambua, kemudian berlanjut melintasi Laut Sawu sampai ke Kota Ruteng di Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur.

Dari Ruteng perjalanan belum berhenti, ada jalan berbatu cadas dan berbukit curam yang harus ditempuh sampai ke lokasi distribusi Global Qurban di Kecamatan Elar, Kabupaten Manggarai Timur. Hampir 98 kilometer jalur darat berkelok, berbatu tajam nihil aspal menjejali sepanjang perjalanan. Ruteng sampai Elar butuh waktu nyaris 5 jam perjalanan.

KirimRupanya Kecamatan Elar yang bermukim Muslim minoritas bukan menjadi titik paling pelosok. Dari Elar ada lagi jalan berbatu masuk ke pelosok di puncak perbukitan tinggi. Mitra Global Qurban di Elar menyebut nama Desa Golo Lebo jauh di ketinggian perbukitan. Meski masih termasuk dalam satu Kecamatan Elar, Desa Golo Lebo terpisah gunung. Dua jam perjalanan tambahan berbatu cadas masih harus dilewati untuk sampai di Golo Lebo.

Golo Lebo yang terpencil dan terlupa. Begitulah kenyataan yang terpampang. Jaringan listrik tak pernah mengenal nama Desa Golo Lebo. Gelap malam sudah menyatu dalam kebiasaan warga sejak sebelum Indonesia merdeka. Perusahaan Listrik Negara tak pernah melanjutkan jaringan listrik sampai ke desa ini. Sebuah ironi negeri yang katanya kaya makmur loh jinawi.

Golo Lebo menyimpan kisah panjang tentang Muslim minoritas yang hidup bergandengan dengan mayoritas beragama Katolik. Meski berbeda keyakinan, tak pernah ada senggolan perseteruan, apalagi berujung letupan konflik.

KirimBasri Damu, Kepala Desa Golo Lebo menyebut ada 87 Kepala Keluarga Muslim di dua Kampung Desa Golo Lebo. 37 Kepala Keluarga Muslim menetap di Kampung Kowong, dan 57 Kepala Keluarga lainnya bermukim di Kampung Kai. Minoritas Muslim di Golo Lebo ini hidup berdampingan tanpa konflik dengan 259 keluarga mayoritas Katolik. Bahkan sudah satu periode ini, Basri Damu sang Kepala Desa ditunjuk jadi pemimpin, meski Ia termasuk dalam minoritas keluarga Muslim Golo Lebo.

Generasi muda Golo Lebo pun tumbuh di tengah perbedaan. Satu masalah muncul ketika beberapa tahun terakhir, pembangunan dari Pemerintah Kabupaten hanya menyasar prioritas bangunan baru Sekolah Dasar Kristen (SDK) Golo Lebo. Padahal ada puluhan anak-anak Muslim Golo Lebo yang berusia sekolah dasar.

KirimDilema ini pun dijawab masyarakat Golo Lebo dengan mencoba membangun sebuah “Madrasah Aliyah” atau sekolah dasar Islam secara mandiri. Proses pembangunannya diinisiasi oleh Jemain Utsman, putra asli Kecamatan Elar yang kini menjabat sebagai salah satu anggota DPRD Kabupaten Manggarai Timur.

Kini, empat tahun sudah Golo Lebo memiliki Sekolah Dasar Islam, diberi nama sekolah TRK (Tambah Ruang Kelas) al-Qalam, berdiri di atas tanah wakaf, di Kampung Kai, Desa Golo Lebo. Sebutan Tambah Ruang Kelas tersemat di awal namanya sebagai penegas bahwa sekolah ini belum punya status definitif, hanya menjadi penambahan ruang kelas dari Yayasan al-Qalam yang dikelola oleh Jemain Utsman.

Jangan bayangkan bangunan Sekolah al Qalam berdiri gagah. Pertama kali melihatnya, hanya senyum getir yang tersembul. Sekolah itu, tampak di pelupuk mata sangat-sangat tidak layak. Lantainya tanah, tembok dan atapnya dari bilah-bilah bambu yang disusun vertikal dan horizontal. Karena atapnya yang hanya tertutup bilah bambu, tak mungkin menangkal sepenuhnya tetes hujan. Apalagi, lantainya hanya tanah merah tak beralaskan apapun.

KirimUsman, satu dari dua orang guru yang mengabdi untuk sekolah al Qalam berkisah, ketika hujan lebat turun, pasti semua atap akan bocor karena ditutup bilah bambu. Kalau hujan deras, semua anak-anak di al Qalam berusaha selamatkan diri dan buku-buku supaya tak sampai basah.

“Ketika turun hujan selagi mengajar, saya akan melihat di titik mana air hujan tidak bocor. Untuk sementara semua anak-anak di kelas akan berdiri dulu di bawah titik atap yang tidak bocor itu. Tunggu saja sampai hujan reda. Kalau sudah reda, anak-anak ini akan memulai lagi pelajarannya,” kisahnya.

KirimSudah 4 tahun Sekolah al Qalam berdiri. Artinya sudah ada 4 angkatan atau 4 kelas yang selalu aktif belajar sejak Senin sampai Jumat. Jumlah murid keseluruhan di sekolah al Qalam berjumlah 40 orang anak. Dengan rincian kelas 1 berjumlah 7 orang anak, kelas 2 berjumlah 6 orang anak, kelas 3 berjumlah 12 orang anak, dan kelas 4 ada 15 orang anak.

Tiap Senin sampai Jumat ada 13 mata pelajaran umum dan mata pelajaran agama yang diajarkan. Mulai dari Bahasa Indonesia, matematika, IPA, IPS, Pkn. Sampai ke pelajaran Hadits, Bahasa Arab, Sejarah Kebudayaan Islam, Fikih, dan Akidah Akhlak. Seluruh mata pelajaran umum dan agama itu diajar berdua bergantian antara Pak Guru Usman dan Pak Guru Arba.

Kini, empat puluh anak-anak lugu di sekolah al Qalam tetap melanjutkan kisahnya belajar di bawah atap bambu berlantai tanah. Meski tak pernah merasakan listrik, jauh terpelosok dari peradaban kota, toh senyum bahagia mereka tetap tersimpul manis. Tetap semangat Golo Lebo! []

Penulis: Shulhan Syamsur Rijal
Sumber : actnews

☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆

kirim Berita tentang Pendidikan/tulisan/artikel/cerita Motivasi/ Pengalaman spiritual ilahiah yang mengispirasi serta kritik, saran sumbangan dan donasi anda ke pelajarhariini
via BBM             : D184F206
Website : Pelajarhariini.com
email     : forpelajarhariini@gmail.com
upgrade aplikasi android pelajarhariini.apk

  https://www.dropbox.com/s/7fcm7j2hw7xf2ig/com.pelajarhariini.apk?dl=0

Share this post :

Posting Komentar

 
Support : Link here | Link here | Link here
Copyright © 2014. Media Belajar Jurnalistik - All Rights Reserved
Template by Cara Gampang Published by Cargam Template
Proudly powered by Blogger