JAKARTA - Pimpinan Universitas Darussalam (Unida) Gontor, Jumat 30 September, hadir di kantor ACT membalas kunjungan Presiden ACT bulan lalu. Dialog hangat itu membuahkan langkah bersejarah.
"Pondok Modern (PM) Gontor, meski disebut modern, tak terlihat secara fisik menunjukkan keunggulan. Fasilitas dan kampusnya, semua biasa. Menurut kami, keunggulannya ada pada apa yang tak terlihat.pada nilai-nilai yang ditanamkan kepada setiap insan yang bekerja maupun belajar di PM Gontor," ujar Hamid Fahmy Zarkasyi, Pembantu Rektor I Unida.
Dalam pengantarnya, Hamid mengaku telah menelusuri kiprah ACT dan bersedia bekerjasama dalam program apapun yang ditawarkan ACT. "Sebagai lembaga wakaf yang tertua di Indonesia , kami tersemangati dengan statemen pimpinan ACT, bahwa capaian PM Gontor layak disebarluaskan bahkan ke ranah global," lanjut Hamid.
Menimpali Hamid, Presiden ACT Ahyudin memandang perlu melembagakan prestasi sosial Gontor mengelola wakaf. "Saatnya, wakaf menjadi disiplin ilmu, pengetahuan keorganisasian dan manajemen. Dan Gontor dengan para akademisi di Unida, sangat tepat membersamai ACT mewujudkan Global Waqaf Institute (GWI)," ujar Ahyudin.
Selain soal GWI, Ahyudin mengajak keluarga besar Gontor termasuk para alumninya, jejaring perguruan Gontor maupun pesantren yang dibangun alumni Gontor, mendukung edukasi filantropi ke tengah masyarakat. "Krisis peradaban, memerlukan kebersamaan mengatasinya. Edukasi filantropi bisa menjadi jalannya, dan jejaring Gontor memiliki kekuatan melakukan perubahan itu," kata Ahyudin. Masih kata Ahyudin, perubahan lebih cepat terwujud dengan meningkatnya jumlah entrepreneur.
"Wakaf akan hebat jika melibatkan lapisan entrepreneur yang banyak. Gerakan ini bukan saja mencetak promotor wakaf, tapi juga mengubah mindset kalangan pengusaha untuk sadar berwakaf terutama mewakafkan usahanya yang sehat. "Harta yang diwakafkan, yang terbaik. Kalau wakaf perusahaan, pastikan perusahaan itu berfungsi dengan baik, dan untuk menjamin kelangsungannya, wakif tetap terlibat mengelola perusahaan yang ia wakafkan, namun hasilnyalah yang didedikasikan untuk kemanusiaan, setelah dikurangi biaya-biaya.
Terkait materi edukasi di GWI, Hamid Fahmy Zarkasyi Unida menjelaskan,"Urusan kurikulum, insyaAllah kami dukung. Selain pihak Unida terutama dari fakultas dan program studi terkait, kami ajak juga Insist, sebuah lembaga nirlaba bidang kajian peradaban. Insist didirikan dan dilibati kebanyakan oleh alumni Gontor. Mereka saya pandang pas untuk ikut menyiapkan kurikulum," kata Hamid.
Diskusi membincang GWI melahirkan kesepakatan, pertemuan lebih teknis mengarah pada pematangan konsep dan tataran lebih teknisnya, akan dilanjutkan satu bulan mendatang. "GWI insyaAllah akan lekas berkembang mengingat tingginya kebutuhan mencetak nadzir-nadzir berkarakter enterpreneur. "Jadi GWI menyatukan ACT dengan Unida dan Insist, yang masing-masing akan berkontribusi membangun bersama konsep GWI," Hamid melengkapi.
Mengakhiri pertemuan ini, presiden ACT mengungkapkan sukacitanya atas dukungan Unida dan keluarga besar PM Gontor. "Apalagi Gontor bertekad melahirkan enterpreneur yang ustadz, dan ustadz sekaligus entrepreneur hebat. Kemajuan bangsa ini bisa lebih cepat kalau ada 30 persen enterpreneur," pungkas Ahyudin. []
Penulis: Iqbal Setyarso
Sumber : act
☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆☆
kirim Berita tentang Pendidikan/tulisan/artikel/cerita Motivasi/ Pengalaman spiritual ilahiah yang mengispirasi serta kritik, saran anda ke pelajarhariini
via BBM : D184F206
Website : Pelajarhariini.com
email : forpelajarhariini@gmail.com
upgrade aplikasi android pelajarhariini.apk
https://www.dropbox.com/s/7fcm7j2hw7xf2ig/com.pelajarhariini.apk?dl=0
Posting Komentar