KRISIS BERSYUKUR
Di sebuah acara seminar di salah satu kampus swasta di Surabaya, sebelum acara dimulai beberapa panitia mulai membagi masing-masing tugas mereka.
Semua saling berebut tugas, entah memilih karena porsinya ringan atau memang sesuai potensi. Dan saya diberikan tugas untuk mengamankan sound system alias perlengkapan.
Dengan berat hati, saya menerima tugas tersebut. sambil mendorong beberapa bagian perlengkapan yang dibutuhkan, pikiran mulai kacau, hati mulai berontak, dan keringat mulai muncul ke permukaan kulit.
Pada saat itu pula, saya bergumam dalam hati "kenapa saya dijadikan bagian perlengkapan, padahal saya merasa ahli menjadi pembawa acara, saya merasa mampu berbicara didepan umum".
Dengan perasaan sedikit kesal dan wajah cemberut, saya mulai memutar musik favorit. Dan bergumam lagi "harusnya saya yang berada diatas panggung itu" aiisshhh... perasaan jengkel mulai merasuk dalam hati.
Disaat membuka hape dan memilih fitur musik, tanpa sadar saya memutar murotal al-quran. Dan entah kenapa, ayat yang berbunyi tentang sedikitnya orang-Orang yang bersyukur.
pada saat itu pulaa saya merenung dan beristighfar kepada Allah, dan mulai berlapang dada menjalankan tugas ini.
Allah Subhanahu wata'ala berfirman :
"Dan sungguh, Kami telah menempatkan kamu di bumi dan di sana Kami sediakan (sumber) penghidupan untukmu. (Tetapi) sedikit sekali kamu bersyukur."
(QS. Al-A'raf: 10)
Sejak kejadian itu saya selalu berusaha mensyukuri apa yang telah Allah amanahkan. Saat itu pula, saya sadar bahwa baik menurut kita belum tentu baik menurut Allah, begitu pula sebaliknya.
1 hal menarik ketika saya menjadi bagian perlengkapan adalah dibalik suksesnya, meriahnya dan megahnya acara. Dibelakang ada orang-orang yang bersusah payah mempertahankan semua itu sesuai alurnya.
melihat potensi diri tidak cukup dengan persepsi diri, kita butuh orang lain untuk menilai kita. Seperti halnya ketika kita melihat megahnya sebuah bangunan, kita tidak bisa melihat dari dalam bangunan tersebut. Kita harus keluar untuk melihat bentuknya yang megah.
Kita butuh cermin untuk melihat diri kita sendiri. Bahkan kita butuh cermin untuk melihat telinga kita.
Seandainya orang-orang pandai bersyukur, maka tidak akan ada lagi kegalauan, merana, menyesal, meriang, sedih, cemberut, hampa, merasa kurang tantangan, merasa banyak amanah, dll.
Indahnya jika Semua orang mampu mensyukuri keadaan yang telah Allah berikan kepadanya. Dan Ketika amanah sudah diberikan, maka totalitas sebagai tindakan.
Allah selalu menambah kapasitas hamba-hambanya dengan cara-cara indahnya.
@handika_putra_
#yukbersyukur
Posting Komentar